goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 20 Maret 2010

Mengapa Orang Bisa Mati Mendadak?

Kasus mati mendadak sering kita dengar dalam hidup keseharian kita. Apa
sesungguhnya di balik kematian mendadak itu? Apakah betul tidak ada hujan, tidak ada angin
sekonyong-konyong orang bisa mati?
Jawabannya bisa. Di luar kasus penganiayaan berat, orang bisa sekonyong-konyong mati
mendadak kendati sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Namun, makna sehat di sini belum
tentu berarti betul secara medis terbilang sehat. Mungkin kelihatannya saja sehat, tapi
sesungguhnya mengidap penyakit yang tak dirasakan atau tidak pula menunjukkan gejala
maupun tanda-tanda. Penyakit jantung khususnya. Mengapa?
Pertama, karena penyakit jantung penyebab paling sering berujung kematian mendadak.
Tidak semua orang terbiasa memeriksakan diri, paling kurang untuk check up. Perlahan tapi
pasti, tanpa disadari, proses penyakit jantung yang mungkin sudah lama diidap terus saja
berkembang. Adapun penyakit jantung meliputi kasus-kasus (1) koroner, (2) pembengkakan
jantung (akibat darah tinggi lama), (3) kelainan jantung bawaan (kebocoran jantung), dan
bisa juga akibat serangan (4) infeksi jantung baik yang baru didapat maupun yang dulu
(sehingga merusak otot jantung, katup, atau pembuluh darahnya). Apa pun jenis kasus
penyakit jantungnya, ujungnya bisa berisiko kematian mendadak.
Kedua, tidak semua kasus penyakit jantung sudah memperlihatkan gejala atau menimbulkan
keluhan pada awalnya. Tergantung jenis penyakit jantungnya, seberapa parah derajat
penyakitnya, dan hal-hal lain apa saja yang memperberat penyakit jantungnya, sehingga pada
suatu saat, sekadar sekali sontekan kecil saja mendadak penyakitnya sudah langsung berat,
lalu mematikan.
Pengidap diabetes lama yang sudah berkomplikasi ke koroner jantung, sering tak merasakan
keluhan nyeri dada (angina pectoris), si gejala jantung koroner paling khas. Itu sebab angka
kematian mendadak karena serangan jantung lebih banyak dialami pengidap diabetes lama
yang tak pernah memeriksakan kondisi jantungnya. Itu alasan dalam ramalan medis tak
mustahil kalau orang yang kelihatan sehat bisa saja mati mendadak. Namun, tentu tidak
semua kasus serangan jantung yang berisiko merenggut nyawa pasti berakhir dengan
kematian. Sekiranya saja ada kemudahan mendapatkan pertolongan pertama dan pasien tidak
sedang berada seorang diri, ancaman kematian oleh serangan jantung mestinya bisa
digagalkan.
Kalau saja tersedia pertolongan gawat darurat di tempat kejadian atau lekas-lekas mendapat
pertolongan dalam hitungan golden hour (hitungan jam) dengan "resusitasi jantung-paru-
paru" (CPR, Cardiopulmonary resuscitation), keadaan jantung mendadak berhenti berdenyut
atau cardiac arrest, bisa dibuat batal merenggut nyawa. Penyebab gangguan, biasanya
jantung dapat terganggu fungsinya oleh sejumlah penyebab. Paling sering penyebabnya
adalah sumbatan koroner. Kita tahu penyakit jantung koroner urusan puluhan tahun. Jika
lemak darah (kolesterol, trigliserida) dibiarkan tinggi untuk waktu lama, lambat laun akan
terbentuk 'karat lemak' pada dinding koroner, selain pada pembuluh darah mata, ginjal, dan
otak.
Karat lemak pada pembuluh darah orang modern sudah mulai terbentuk sejak usia remaja.
Tanpa mengontrol lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan cuma perlu waktu
sepuluhan tahun untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total. Namun,
jauh hari sebelum pembuluh koroner tersumbat total akibat kekurangan jatah makanan
(aliran darah pemasok oksigen), jantung seharusnya sudah lama menjerit. Jeritan jantung ini
yang muncul sebagai gejala nyeri dada spesifik. Nyeri seperti tertiban, tertindih, tertekan
barang berat di atas dada. Nyerinya bersifat menjalar ke lengan, leher, pundak, dan
punggung.
Awalnya nyeri hanya berlangsung beberapa detik, tapi, jika lemak darah tidak dikontrol, dan
pola gaya hidup tetap berisiko memperburuk koroner, serangan gejala nyeri dada semakin
hari semakin berlangsung lama. Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan
sumbatan koroner sudah semakin menebal, dan sumbatan koroner sudah semakin menutup
penampang pipa pembuluh, yang berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang dilayaninya
semakin tipis saja.
Proses penyumbatan karat lemak bisa dihentikan bila lemak darah dan semua faktor risiko
koroner ditiadakan. Sayangnya lebih banyak pengidap koroner yang abai, sehingga bukan
jarang mati mendadak acap berlangsung di kamar hotel, sedang berzinah misalnya. Karena
berhubungan intim dengan bukan istri sendiri umumnya jauh lebih panas. Atau saat tengah di
meja makan karena makan kelewat kenyang, atau di kamar mandi, mendadak kaget terkena
paparan hawa dingin, atau di perjalanan karena keletihan, stres, perubahan jadwal harian.
Kita tidak mungkin bisa meramalkan kapan saatnya seseorang akan mengalami serangan
koroner, kecuali hanya menduga saja bahwa akan datang harinya entah kapan kalau saja
seseorang membiarkan hidupnya tetap di bawah ancaman berisiko koroner. Antara lain
membiarkan lemak darah tinggi, mengidap darah tinggi, kencing manis, perokok, gemuk. pola
dan gaya hidup sedentary).
Yang sebetulnya dapat dilakukan oleh mereka yang berisiko koroner atau pengidap kelainan
jantung lain, seberapa bisa meniadakan semua faktor risiko itu dan mengubahnya dengan
pola dan gaya hidup yang berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya, seperti dengan kembali
makan teratur, tidur teratur, ada waktu jeda, kendurkan stres, cukup bergerak badan. Yang
perlu diperhatikan, pengidap jantung koroner berupaya membangun kebiasaan hidup teratur.
Bagi pengidap jantung, setiap perubahan jadwal harian berisiko mengganggu kerja faali
jantung yang sudah diset. Maka waspada kalau harus begadang, terlambat makan, tidak tidur
siang, atau kelebihan beban kerja fisik, serta kebanjiran stres. Serangan jantung sering terjadi
pada kondisi yang berubah dari kebiasaan sehari-hari seperti itu.
Jangan mandi dingin, terpapar hawa atau angin kencang sewaktu berjalan kaki, tidak
mengedan kuat sewaktu buang air besar, makan kelewat kenyang, kurang waktu jeda, minum
obat tidak sesuai jadwal atau dengan dosis memadai. Termasuk mewaspadai pola kegiatan
hubungan intim yang kelewat hot, serta menjauhkan olahraga statis (angkat beban,
menggotong barang berat, misalnya).
Jangan abaikan pula keluhan perut jika tahu mengidap penyakit jantung karena gangguan
perut bisa merupakan bagian dari gejala penyakit jantung juga. Jika pernapasan kurang
lapang, mendadak sesak napas, mudah letih, dan tiba-tiba jantung berdebar tanpa sebab,
bagian yang perlu mendapat perhatian mereka yang berisiko jantung koroner, atau sudah
mengidap penyakit jantung lain sebelumnya (jantung bawaan, pembengkakan jantung, atau
kelainan otot jantung oleh serangan koroner sebelumnya, atau kerusakan otot jantung oleh
infeksi, efek samping obat, atau penyakit lain). Ingat, ada jenis obat penurun lemak darah
yang efek sampingnya merusak otot jantung (cardiomyopathia). Kerusakan otot jantung
memperburuk penyakit jantung yang sudah ada. (to/kmp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar