goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 20 Maret 2010

Keropos Tulang, Ternyata Bisa Menyerang Kaum Muda

eramuslim - Bila anda tergolong muda dan dalam usia produktif, dianjurkan perbanyak
konsumsi kalsium dan perbaikan gizi. Karena, jika tidak, anda kemungkinan akan menjadi
sasaran empuk penyakit keropos tulang yang tidak pandang usia.
Sebelumnya, para pakar kesehatan memperkirakan penyakit keropos tulang (osteoporosis)
hanya menyerang manusia lanjut usia (lansia) 50 tahun ke atas. Tapi. kenyataannya, sudah
menghantam orang berusia produktif sejak umur 28 tahun. Kenyataan tersebut tentunya
sangat mengejutkan. Menurut Lula Kamal,mengungkapkan temuannya atas sejumlah wanita
yang berusia 28 tahun sudah terkena keropos tulang.
"Saya mendapatkan sejumlah pasien di rumah sakit terkena keropos tulang pada usia 28
tahun. Gejala ini patut diwaspadai karena selama ini ada anggapan bahwa keropos tulang
terjadi pada manusia lanjut usia, khususnya wanita," ujar dokter Lula Kamal di Jakarta, pada
acara di Medan belum lama ini.
Menurut dia, angka penderita keropos tulang pada usia dini memang belum ada di Indonesia.
Demikian juga jumlah penderita keropos tulang pada lansia, di Indonesia belum ada. Sebagai
rujukan, lanjutnya, di Amerika Serikat terdapat 10 juta penderita keropos tulang, terdiri dari 8
juta perempuan dan 2 juta laki-laki. Negara maju seperti Amerika Serikat, menurut dia, satu
dari dua perempuan berusia di atas 50 tahun mengalami patah tulang yang berhubungan
dengan keropos tulang. Satu dari empat laki-laki di Negeri Paman Sam itu, yang berusia di
atas 50 tahun, mengalami patah tulang karena osteoporosis.
Namun, lanjutnya penderita keropos tulang di Indonesia diduga meningkat setiap tahun
karena pola makan di negara berkembang seperti Indonesia kurang mendapatkan perhatian
khususnya makanan yang mengandung kalsium yang mampu membentuk tulang.
Osteoporosis adalah suatu penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan menjadi mudah retak
dan patah akibat massa tulang yang rendah. Keropos tulang, biasanya tidak menimbulkan
gejaka dan proses pengurangan massa tulang berlangsung tanpa disadari.
Keropos tulang dapat diketahui, jika terjadi patah tulang karena jatuh, gerakan tiba-tiba,
tarikan kuat, serta timbulnya rasa sakit yang hebat karena retak/patah tulang. Tulang yang
paling sering mengalami patah adalah pergelangan tangan, tulang belakang, dan tulang
pinggul. Ada seorang pasien diketahui menderita keropos tulang ketika melakukan pergerakan
yang membuat tulang pinggulnya retak. Pasien yang baru berusia 28 tahun setelah diperiksa
secara intensif di rumah sakit, ternyata tulangnya sudah seperti sarang tawon, keropos di
dalam.
Faktor risiko keropos tulang, menurutnya, disebabkan oleh usia, perempuan proses
penghancuran massa tulang menjadi lebih cepat setelah memasuki monopause, kurus atau
rangka kecil, massa tulang yang rendah, riwayat keluarga, kekurangan hormon estrogren,
kekurangan vitamin D, kadar hormon testosteron yang rendah pada laki-laki, kurang makanan
kalsium, kurang berolahraga, perokok dan peminum. Jadi, lanjutnya selain usia di atas 50
tahun, ternyata usia produktifpun tidak tertutup kemungkinan mendapatkan serangan keropos
tulang. Untuk mendapatkan pengecekan keropos tulang, lanjutnya, dapat dilakukan screening
untuk mengetahui keadaan massa tulang. Kemudian, lanjutnya, dapat digunakan
densitrometri untuk screening awal dan rontgen tulang di rumah sakit.
Menurut, Prof. Muhilal pakar gizi di Indonesia jumlah penderita keropos tulang di negara ini
diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun, karena pola makan kurang memperhatikan
kecukupan kalsium dari kandungan makanan yang dikonsumsi.
"Saya memang tidak punya angka pasti jumlah penderita keropos tulang di negeri ini. Namun,
penderita keropos tulang di Indonesia diperkirakan meningkat setiap tahun," ujarnya.
Di negara maju seperti AS, lanjutnya, penderita keropos tulang sekitar 38% dari jumlah
penduduk berusia 50 tahun ke atas. Malahan, tambahnya, angka penderita keropos tulang
akhir-akhir ini meningkat menjadi 50% dari jumlah penduduk berusia 50 tahun ke atas. Dia
perkirakan jumlah penderita keropos tulang di Indonesia cukup tinggi. Sejauh ini, kata ahli gizi
itu, angka penderita keropos tulang di Indonesia belum ada. Departemen Kesehatan sendiri,
lanjutnya, belum membuat perkiraan angka penderita penyakit yang menggerogoti batang
tulang tersebut.
Lula Kamal sendiri mengakui di Indonesia sudah ada kasus keropos tulang ditemukan pada
usia muda. Dirinya juga merawat sejumlah pasien keropos tulang berusia 28 tahun saat ini.
Jadi, keropos tulang ternyata bukan hanya menyerang orang berusia lanjut. Karena peluang
terserang keropos tulang di Indonesia jauh lebih tinggi, dimenganjurkan masyarakat
mengantisipasi munculnya penyakit keropos tulang dengan mengonsumsi kalsium lebih
banyak. Biaya untuk merawat penyakit keropos tulang, jauh lebih besar dibandingkan dengan
penyakit jantung. Penyakit keropos tulang, jelasnya, gejalanya tidak disadari dan sulit
dirasakan. Sedangkan penyakit jantung, lanjutnya, biasanya dimulai dengan tanda-tanda
sesak atau sakit di dada, sehingga mudah dideteksi.
Risiko terserang penyakit tulang keropos lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan
pria, karena sewaktu melahirkan perempuan lebih banyak mengeluarkan kalsium. Demikian
juga ketika menyusui bayi, si ibu membagi kalsium dengan anaknya, sehingga tabungan
kalsium dalam tubuh perempuan semakin berkurang. Setelah perempuan menopause,
kemungkinan terserang keropos tulang jauh lebih tinggi. (to/bi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar