goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Habatussauda, Obat Segala Penyakit

Kalangan medis menolak keras adanya sebuah herba yang bisa menyembuhkan
penyakit. Tapi, ketika ilmuwan muslim melakukan uji klinis dan menyimpulkan hasilnya,
mereka baru mengakui kebenarannya tersebut.
Rasullulah SAW bersabda: "Hendaklah kamu menggunakan habatussauda karena
sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali mati." (HR. Abi
Salamah dari Abi Huraiah r.a)
Habatussauda adalah biji hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan
secara luas oleh masyarakat India dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Nigella Sativa Semen adalah biji dari Nigella Sativa yang dapat mereproduksi
dengan sendirinya, di mana biji-biji tersebut sebelumnya berwarna putih kemudian setelah
matang akan berwarna hitam (Nigella).
Nigella Sativa Semen telah diketahui dengan beberapa nama yang sangat bervariasi
diberbagai tempat, antara lain Black Caraway, Black Cumin (Kalaonji), Black Seed, Blessed
Seed (Biji yang diberkati), Habbatul Barakah.
Habbatussauda bermula ditemukan di makam Tutankhamen di Yunani Kuno dimana pada saat
itu raja-raja dikubur bersama-sama dengan Nigella untuk membantu diakhir hidupnya. Biji
habbatussauda mengandung 40% minyak constan dan 1,4% minyak aviari, juga mengandung
15 amino acid, protein, calsium, zat besi, sodium dan pottasium. Sedangkan komposisi paling
penting adalah: Thymoquinone (TQ), Dithymouinone (DTQ),Thymohydroquinone (THQ) dan
Thymol (THY).
Imuniti adalah kemampuan tubuh untuk menciptakan kekebalan khusus, kuat dan sempurna
untuk melawan segala unsur yang menyerang tubuh. Imuniti ini terbentuk dari jaringan limpa
dan sel-sel limpa yang menghasilkan antibodi yang berfungsi menghancurkan mikroba yang
menyerang tubuh yang disesuaikan dengan susunan dan sifatnya.
Sel Limpa atau Lymph Cell merupakan senjata khusus paling banyak yang selalu siap sedia
menghadapi serangan apapun, termasuk menghadapi racun yang membinasakan. Sel Limpa
ada dua macam: Pertama B Lymphocites yang terbentuk dalam sumsum tulang, lalu
menyebar ke seluruh tubuh dan berpusat di darah dan limpa; Kedua, T-Lymphocite, terbentuk
juga di sumsum tulang, sebelum tumbuh sempurna, sel ini mengarah ke thymus, kelenjar
dekat tenggorokan. Setelah matang, sel terbagi menjadi tiga yaitu, The Helper T-Cell, Killer
Cell Orcytoxic dan suppressor cells ts.
Gambarannya, masing-masing dari The Helper T-cell, Killer cell orcytoxic dan suppresor cell ts
berusaha mengenal sel-sel yang diserang dalam tubuh, yang berarti di dalamnya ada materi-
materi yang aneh dan sekaligus memusnahkannya.
Lalu, sel-sel darah putih dengan tiga jenisnya aktif menyemprotkan enzim yang berbeda-
beda, menarik dan mengumpulkan sel-sel imuniti ke tempat peradangan. Jadi, setiap kali ada
materi asing yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka lymphocite cell baik B maupun T,
menjadi aktif, menyebar ke seluruh tubuh dan membentuk pasukan yang banyak dari sel-sel
imuniti.
Pada tahun 1986, Dr. Ahmad Al Qadhy dan rekan-rekannya melakukan penelitian di Amerika
tentang pengaruh habatussauda terhadap sistem kekebalan tubuh (imuniti) manusia.
Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap itu menghasilkan kesimpulan pertama: Kelebihan
prosentase The Helper T-Cell atas suppresor cells ts mencapai 55% dan ada sedikit kelebihan
atas killer cell orcytoxic sebanyak 30%.
Penelitian tahap kedua dengan melibatkan 18 sukarelawan yang badan mereka terlihat sehat
dan segar. Mereka dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi satu gram habatussauda
setiap harinya, dan kelompok lain diberi karbon. Selama empat pekan mereka mengkonsumsi
habatus dan karbon yang sudah dikemas dalam butir-butir kapsul.
Hasilnya, habatus menguatkan tugas-tugas imuniti dengan tambahan prosentase The Helper
T-lymphocytes cell atas supressor cell-ts. Jadi, sistem kerja habatatussauda dalam tubuh
manusia adalah dengan memperbaiki, menjaga dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
manusia terhadap berbagai penyakit.
Dalam sistem kekebalan tubuh manusia, habatussauda adalah satu-satunya tatanan yang
memiliki senjata khusus untuk menghancurkan segala macam penyakit. Sebab, setelah sel
paghocytosis menelan kuman-kuman yang menyerang, ia membawa bakteri antigenic ke
permukaannya, kemudian menempel dengan sel lymph, untuk mengetahui bagaimana
sususnan mikrobanya secara mendetil, lalu memerintahkan masing-masing sel T-lymphocytes
untuk memproduksi antibodies atau sel T-spesific, khususnya adalah antigenic yang jug
dibangkitkan untuk berproduksi.
Dinding sel B-Lymphocytes memiliki kurang lebih 100 ribu molekul dari antibodies yang saling
bereaksi secara khusus dan dengan kemampuan yang tinggi dengan jenis khusus yang
ditimbulkan oleh antigenic dalam mikroba. Antibodies menyatu dengan sel T- Lymhocytes, lalu
bersama-sama dengan antigenic melawan mikroba, sehingga mikroba tidak dapat berkerja
dan sekaligus bisa menghancurkannya.
Dengan demikian, kekebalan itu merupakan kekebalan khusus untuk menghadapi setiap
hewan asing yang masuk ke dalam tubuh. Karena, habatussauda mempunyai kekebalan
spesifik yang didapat secara otomatis, yang memiliki kemampuan berbentuk antibodies dan
senjata sel serta pengurai khusus untuk setiap hewan asing yang masuk dan menyebabkan
penyakit.
Menurut Dr. Al Qadhy, habatusaudah juga mempunyai kemampuan lain, seperti untuk
melawan bermacam-macam virus, kuman dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia.
"Karena itu, kami dapat menetapkan bahwa di dalam habatussauda terdapat kesembuhan
untuk segala macam penyakit. Karena peranannya yang menguatkan dan memperbaiki sistem
kekebalan tubuh, suatu sistem yang di dalamnya ada kesembuhan dari segala macam
penyakit, yang bereaksi terhadap segala sebab yang menimbulkan penyakit, yang memiliki
kemampuan awal untuk memberikan kesembuhan secara sempurna atau sebahagian di
antaranya untuk menyembuhkan segala penyakit," ungkap Al Qadhy.
"Kata syifa' dalam bentuk indefinitif di berbagai hadis juga menguatkan hasil kesimpulan ini,
yang tingkat kesembuhannya berbeda-beda, tergantung pada kondisi sistem kekebalan tubuh
manusia itu sendiri, jenis penyakit, sebab-sebab dan periodisasinya. Dengan bentuk
keumuman lafaz dalam hadis, dapat ditafsiri sebagai suatu kesesuaian dengan berbagai
pendapat di atas, yang disampaikan oleh para pen-syarh hadis," imbuhnya. (to/ath-thibb an
nabawy)Habatussauda, Obat Segala Penyakit
eramuslim - Kalangan medis menolak keras adanya sebuah herba yang bisa menyembuhkan
penyakit. Tapi, ketika ilmuwan muslim melakukan uji klinis dan menyimpulkan hasilnya,
mereka baru mengakui kebenarannya tersebut.
Rasullulah SAW bersabda: "Hendaklah kamu menggunakan habatussauda karena
sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali mati." (HR. Abi
Salamah dari Abi Huraiah r.a)
Habatussauda adalah biji hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan
secara luas oleh masyarakat India dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Nigella Sativa Semen adalah biji dari Nigella Sativa yang dapat mereproduksi
dengan sendirinya, di mana biji-biji tersebut sebelumnya berwarna putih kemudian setelah
matang akan berwarna hitam (Nigella).
Nigella Sativa Semen telah diketahui dengan beberapa nama yang sangat bervariasi
diberbagai tempat, antara lain Black Caraway, Black Cumin (Kalaonji), Black Seed, Blessed
Seed (Biji yang diberkati), Habbatul Barakah.
Habbatussauda bermula ditemukan di makam Tutankhamen di Yunani Kuno dimana pada saat
itu raja-raja dikubur bersama-sama dengan Nigella untuk membantu diakhir hidupnya. Biji
habbatussauda mengandung 40% minyak constan dan 1,4% minyak aviari, juga mengandung
15 amino acid, protein, calsium, zat besi, sodium dan pottasium. Sedangkan komposisi paling
penting adalah: Thymoquinone (TQ), Dithymouinone (DTQ),Thymohydroquinone (THQ) dan
Thymol (THY).
Imuniti adalah kemampuan tubuh untuk menciptakan kekebalan khusus, kuat dan sempurna
untuk melawan segala unsur yang menyerang tubuh. Imuniti ini terbentuk dari jaringan limpa
dan sel-sel limpa yang menghasilkan antibodi yang berfungsi menghancurkan mikroba yang
menyerang tubuh yang disesuaikan dengan susunan dan sifatnya.
Sel Limpa atau Lymph Cell merupakan senjata khusus paling banyak yang selalu siap sedia
menghadapi serangan apapun, termasuk menghadapi racun yang membinasakan. Sel Limpa
ada dua macam: Pertama B Lymphocites yang terbentuk dalam sumsum tulang, lalu
menyebar ke seluruh tubuh dan berpusat di darah dan limpa; Kedua, T-Lymphocite, terbentuk
juga di sumsum tulang, sebelum tumbuh sempurna, sel ini mengarah ke thymus, kelenjar
dekat tenggorokan. Setelah matang, sel terbagi menjadi tiga yaitu, The Helper T-Cell, Killer
Cell Orcytoxic dan suppressor cells ts.
Gambarannya, masing-masing dari The Helper T-cell, Killer cell orcytoxic dan suppresor cell ts
berusaha mengenal sel-sel yang diserang dalam tubuh, yang berarti di dalamnya ada materi-
materi yang aneh dan sekaligus memusnahkannya.
Lalu, sel-sel darah putih dengan tiga jenisnya aktif menyemprotkan enzim yang berbeda-
beda, menarik dan mengumpulkan sel-sel imuniti ke tempat peradangan. Jadi, setiap kali ada
materi asing yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka lymphocite cell baik B maupun T,
menjadi aktif, menyebar ke seluruh tubuh dan membentuk pasukan yang banyak dari sel-sel
imuniti.
Pada tahun 1986, Dr. Ahmad Al Qadhy dan rekan-rekannya melakukan penelitian di Amerika
tentang pengaruh habatussauda terhadap sistem kekebalan tubuh (imuniti) manusia.
Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap itu menghasilkan kesimpulan pertama: Kelebihan
prosentase The Helper T-Cell atas suppresor cells ts mencapai 55% dan ada sedikit kelebihan
atas killer cell orcytoxic sebanyak 30%.
Penelitian tahap kedua dengan melibatkan 18 sukarelawan yang badan mereka terlihat sehat
dan segar. Mereka dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi satu gram habatussauda
setiap harinya, dan kelompok lain diberi karbon. Selama empat pekan mereka mengkonsumsi
habatus dan karbon yang sudah dikemas dalam butir-butir kapsul.
Hasilnya, habatus menguatkan tugas-tugas imuniti dengan tambahan prosentase The Helper
T-lymphocytes cell atas supressor cell-ts. Jadi, sistem kerja habatatussauda dalam tubuh
manusia adalah dengan memperbaiki, menjaga dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
manusia terhadap berbagai penyakit.
Dalam sistem kekebalan tubuh manusia, habatussauda adalah satu-satunya tatanan yang
memiliki senjata khusus untuk menghancurkan segala macam penyakit. Sebab, setelah sel
paghocytosis menelan kuman-kuman yang menyerang, ia membawa bakteri antigenic ke
permukaannya, kemudian menempel dengan sel lymph, untuk mengetahui bagaimana
sususnan mikrobanya secara mendetil, lalu memerintahkan masing-masing sel T-lymphocytes
untuk memproduksi antibodies atau sel T-spesific, khususnya adalah antigenic yang jug
dibangkitkan untuk berproduksi.
Dinding sel B-Lymphocytes memiliki kurang lebih 100 ribu molekul dari antibodies yang saling
bereaksi secara khusus dan dengan kemampuan yang tinggi dengan jenis khusus yang
ditimbulkan oleh antigenic dalam mikroba. Antibodies menyatu dengan sel T- Lymhocytes, lalu
bersama-sama dengan antigenic melawan mikroba, sehingga mikroba tidak dapat berkerja
dan sekaligus bisa menghancurkannya.
Dengan demikian, kekebalan itu merupakan kekebalan khusus untuk menghadapi setiap
hewan asing yang masuk ke dalam tubuh. Karena, habatussauda mempunyai kekebalan
spesifik yang didapat secara otomatis, yang memiliki kemampuan berbentuk antibodies dan
senjata sel serta pengurai khusus untuk setiap hewan asing yang masuk dan menyebabkan
penyakit.
Menurut Dr. Al Qadhy, habatusaudah juga mempunyai kemampuan lain, seperti untuk
melawan bermacam-macam virus, kuman dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia.
"Karena itu, kami dapat menetapkan bahwa di dalam habatussauda terdapat kesembuhan
untuk segala macam penyakit. Karena peranannya yang menguatkan dan memperbaiki sistem
kekebalan tubuh, suatu sistem yang di dalamnya ada kesembuhan dari segala macam
penyakit, yang bereaksi terhadap segala sebab yang menimbulkan penyakit, yang memiliki
kemampuan awal untuk memberikan kesembuhan secara sempurna atau sebahagian di
antaranya untuk menyembuhkan segala penyakit," ungkap Al Qadhy.
"Kata syifa' dalam bentuk indefinitif di berbagai hadis juga menguatkan hasil kesimpulan ini,
yang tingkat kesembuhannya berbeda-beda, tergantung pada kondisi sistem kekebalan tubuh
manusia itu sendiri, jenis penyakit, sebab-sebab dan periodisasinya. Dengan bentuk
keumuman lafaz dalam hadis, dapat ditafsiri sebagai suatu kesesuaian dengan berbagai
pendapat di atas, yang disampaikan oleh para pen-syarh hadis," imbuhnya. (to/ath-thibb an
nabawy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar