goresan hidup seorang biduan

Minggu, 21 Maret 2010

Biji Gandum Turunkan Berat Badan

Menurut hasil penelitian, kaum pria yang biasa mengkomsumsi biji-bijian
gandum untuk sarapan sebelum berolahraga atau beraktifitas lainnya, ternyata memiliki berat
badan ideal dibanding mereka yang sarapan dengan menu lain.
Kendati, sejauh ini belum jelas apakah biji-bijian gandum secara langsung memiliki pengaruh
untuk menjaga berat badan seseorang atau tidak. Namun, hasil studi berasumsi bahwa serat
yang merupakan kandungan tinggi beserta vitamin dan mineral dari bijian gandum menjadi
faktor penting untuk menjaga berat tubuh seseorang agar tidak kelebihan.
Belum diketahui secara pasti mengapa dampak positif tersebut hanya dinikmati oleh kaum
pria, sedangkan pada kaum wanita hal tersebut tidak berlaku dalam kondisi apapun.
Dr Won O. Song dari Michigan State University di East Lansing dan rekan-rekan peneliti
lainnya, melaporkan hasil temuan tersebut dalam tulisan di jurnal kedokteran Persatuan Ahli
Gizi Amerika Serikat. Hasil temuan mereka berdasarkan survei gizi yang dilakukan oleh
beberapa kelompok peneliti dari kementerian kesehatan AS yang melakukan pengamatan dan
studi dari tahun 1999-2000.
Dari jumlah responden 4.218 orang dewasa, 77 persen mempunyai kebiasaan makan pagi dan
dari jumlah tersebut 22 persen memilih biji-bijian gandum sebagai menu sarapan paginya.
Kaum pria yang memilih makan bijian gandum kurang dari 30 persen, memiliki kelebihan
berat badan dibanding dengan perempuan yang sama sekali tidak makan sarapan pagi, di
samping faktor-faktor lainnya antara lain olahraga, jumlah konsumsi kalori yang juga tetap
diperhitungkan.
Dari penelitian dapat disimpulkan, walaupun belum secara jelas dan pasti bahw bijian gandum
apabila dibandingkan dengan menu makan pagi lainnya, banyak membantu untuk mengatasi
masalah menjaga kestabilan berat badan. Bijian gandum itu diketahui mengandung lebih
banyak serat dan lebih sedikit kandungan lemak, merupakan pola gizi yang jauh lebih baik
untuk mengatasi kelebihan berat badan.
Selain itu pula kandungan kalsium pada susu yang menjadi pasangan bijian gandum adalah
unsur yang tak kalah pentingnya dalam hal mengontrol jumlah lemak dalam tubuh. Peneliti
lainnya menyatakan mereka yang tidak makan pagi justru kemungkinan membahayakan
program mengecilkan ukuran pinggang karena mereka cenderung memilih makanan yang
memiliki kandungan lemaknya yang lebih tinggi di saat waktu makan berikutnya.
Berat Badan Wanita dan Ancaman Kanker
Bagi kaum wanita, para ahli kesehatan berpendapat, berat badan yang ideal ternyata mampu
mengurangi risiko terkena kanker. Para wanita muda yang memiliki gen kanker payudara bisa
mengurangi risiko terkena penyakit tersebut dengan berlatih renang.
Dalam studi yang dilakukan sebuah tim ilmuwan internasional diketahui, bahwa mengurangi
berat badan sekitar 10 pon pada usia 18 dan 30 tahun, bisa mengurangi risiko terkena kanker
hingga 65%.
Namun, para peneliti itu juga mengatakan bahwa bertambahnya bobot 10 pon pada wanita
justru akan meningkatkan risiko terbentuknya kanker sebelum usia 40 tahun. Para ilmuwan
itu mengatakan, studi Breast Cancer Research itu adalah penelitian pertama yang
menghubungkan antara penambahan berat badan pra-menopause dan kanker. Berat badan
bertambah setelah menopause diyakini dapat meningkatkan risiko wanita terkena penyakit
kanker.
Para peneliti yang berasal dari AS dan Polandia itu melibatkan lebih dari 2.000 wanita yang
membawa gen kanker payudara BRCA1 atau BRCA2. Menjaga berat badan ideal, merupakan
salah satu cara terbaik bagi siapa saja yang ingin mengurangi risiko kemungkinan terkena
kanker.
Menurut Dr Kat Arney dari Cancer Research Inggris, dalam studi itu para wanita itu dilakukan
tes mengenai BRCA 1 dan 2 dan mereka juga ditanya soal berat badan pada usia 18, 30 dan
40.
Para peneliti itu juga mengatakan, bahwa penambahan bobot tubuh telah meningkatkan risiko
terkena kanker payudara, BRCA 1, di mana mereka yang kelebihan bobot itu akan terdiagnosa
terkena kanker sebelum menginjak usia 40. Para ilmuwan itu juga menyebutkan, bahwa
kelebihan lemak di daerah tengah tubuh bisa mempengaruhi hormon ovarium dan
metabolisme glukosa, dan membantu penolakan insulin di mana semua faktor itu dikaitkan
dengan risiko kanker payudara. (to/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar